Baterai Kuat Berteknologi Nano

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghemat energi dan biaya. Misalnya saja menambahkan beberapa perangkat dan mencari sumber energi alternatif dari alam.

Di negara-negara maju biasanya orang memasang panel surya untuk memasok kebutuhan listrik rumah tangga. Sementara itu, untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak, penduduk negara maju memilih mobil hibrida sebagai sarana transportasinya.

Meski terbukti bisa menghemat energi, baik panel surya maupun mobil hibrida memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal penyimpanan energinya. Energi yang diserap oleh baterai yang dipasang di kedua perangkat itu belum cukup mendukung aktivitas secara optimal.

Misalnya saja, baterai pada mobil listrik belum mampu menyimpan cukup energi untuk menjalankan mobil berjarak tempuh panjang dan melakukan akselerasi pada kecepatan tinggi. Belum lagi pengisian ulang baterai membutuhkan waktu cukup lama. Kelemahan lainnya adalah baterai yang berasal dari energi angin dan matahari sangat bergantung pada kondisi cuaca. Saat malam hari atau mendung, sinar matahari akan berkurang atau hilang, sementara angin alirannya terkadang lemah, terkadang kencang.

Para peneliti dari Nano Center, Universitas Maryland, Amerika Serikat, baru-baru ini, mencoba mencari solusi dari persoalan-persoalan itu. Mereka mengembangkan sistem baru dalam penyimpanan energi listrik di baterai. Gary Rubloff, salah satu penemu sistem itu, yang juga direktur Nano Center Universitas Maryland, mengatakan stabilitas pasokan energi angin dan matahari sulit diprediksi. Oleh karena itu, energi tersebut harus diambil dan disimpan.

Lebih lanjut, Rubloff menjelaskan penyimpanan energi dalam baterai konvensional dan kapasitor belum mampu memenuhi unsur-unsur kepadatan energi, besarnya daya, serta kecepatan waktu isi ulang. Padahal ketiga unsur itu penting karena telah menjadi tuntutan masyarakat akan teknologi penyimpanan energi saat ini.


Rubloff dan sejawatnya, Sang Bok Lee, kemudian mengarahkan penelitian pada pengembangan baterai lithium dengan teknologi nano. Lewat teknologi nano, para peneliti menciptakan rangkaian yang terdiri dari jutaan struktur nano yang berukuran superkecil yang bisa mengangkut energi dari dan ke area permukaan panel tempat menyimpan elektronelektron.

Penemuan yang dilansir Science Daily itu ternyata mampu menyimpan energi lebih besar, mentransfer energi lebih lebih cepat dengan waktu isi ulang yang lebih pendek. Baterai nano itu pun terbukti memiliki tingkat efisiensi 10 kali lebih tinggi ketimbang baterai konvensional yang ada di pasaran sekarang ini.

Rubloff menjelaskan penelitian diawali dengan pengamatan secara virtual struktur-struktur nano yang ada. Selanjutnya para peneliti mengonstruksikan jutaan hingga miliaran struktur nano yang identik. Secara virtual, struktur nano identik mampu menerima, menyimpan, dan mengirim energi elektrik.

RELATED POST